Theyeast Saccharomyces cerevisiae is a well-established model system for understanding fundamental cellular processes relevant to higher eukaryotic organisms. Less known is its value for virus research, an area in which Saccharomyces cerevisiae has proven to be very fruitful as well. The present review will discuss the main achievements of yeast-based
Makesmarter decisions with millions of insights. Adyen’s unique data ecosystem reveals opportunities where your business can grow. Coupled with our machine learning technology, we help you protect your business from fraud, provide customer-friendly authentication, and increase approval rates. Finance & operations.
2019年04月08日: 2018年度Audit実施報告を掲載いたしました. 2019年04月05日 : 【外保連より】看護師の特定行為研修のパッケージ化についての説明会開催のお知らせ. 2019年04月01日 : NCDシステム停止のお知らせ 2019年4月2日(火) 18:00~19:00. 2019年04月01日 : 【第30回
BackgroundIn the past decade, the zebrafish community has widely embraced targeted mutagenesis technologies, resulting in an abundance of mutant lines. While many lines have proven to be useful for investigating gene function, many have also shown no apparent phenotype, or phenotypes not of interest to the originating lab. In order for labs to document
Seperti yang telah kita ketahui dan yang telah kita pelajari sejak lama, bahwa kita harus mengonsumsi susu sejak lahir hingga menutup mata (meninggal) sedangkan menurut dokter Tan manusia hanya mengonsumsi susu sejak 0-2 tahun saja itupun hanya ASI. Seorang dokter gizi, yaitu dr. Tan Shot Yen, tidak pernah paham dengan alasan
Linkzbis to list and categorize popular web sites. You can easily and safely browse by using linkzb.net.
Balasdendam dengan melahap berbagai makanan, jelas bukan yang diharapkan terjadi. Berikut ini dr. Tan Shot Yen dari Dr. Tan Wellbeing Clinics & Remanlay Special Needs' Health memberikan beberapa contoh menu berbuka puasa yang ‘aman’ bagi tubuh, dengan tetap memperhatikan keseimbangan karbohidrta, protein, dan lemak.
Gastriccancer is the third leading cause of global cancer mortality with high prevalence in many East Asian countries ().Patients with gastric cancer often present with late-stage disease (), and clinical management remains challenging, as exemplified by several recent negative phase II and phase III clinical trials ().At the molecular level, studies have identified
UX7xbUL. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Cerita ini dimulai dari persiapan buku saya yang membutuhkan kata pengantar dari seorang dengan kredibilitas tinggi serta baik di dalam dunia kesehatan. Karena permintaannya muncul di last minute, agak bingung juga mencari kandidat terbaik untuk masalah ini. Bukan cuma masalah terbaik, masalahnya 'yang terbaik' itu ada yang mau nggak? Siapa gue gitu loh?! Kemudian Irene, managing editor di majalah Prevention, salah satu majalah di mana saya berperan sebagai kontributor, mengingatkan bahwa ada salah satu dari sesama kolumnis di majalahnya, ada yang suka dan menjadi penggemar dari tulisan-tulisan saya. Kolumnis itu bernama Dr. Tan Shot Yen! Wah, penggemar tulisan gue? Rasanya mau terbang ke langit ketujuh. Dr. Tan, demikian beliau akrab dipanggil, adalah salah satu ikon dunia kesehatan kelas utama di Indonesia, terutama saat pengobatan naturopati mulai mewabah akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan konvensional. Metodenya yang unik namun ampuh membuat pasien beliau berkembang layaknya bilangan yang dipangkatkan dari waktu ke waktu. Belum lagi tulisan-tulisannya yang trengginas serta mengena bagi banyak pihak, membuat gaung nama beliau makin menggema di seantero jagad negeri ini. To make things even bolder, buku yang ditulisnya menjadi salah satu mega seller di negeri ini. Mega seller? Ya, kalau dihitung sebagai buku kesehatan, sebuah subjek non populer di negara ini. Sebuah bukti bahwa ilmu yang disandangnya dipandang sangat berguna oleh beragam pihak. Kalau sampai dia bersedia memberikan kata pengantar di buku saya? Wow, ..... kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya. SUARA LANTANG "..bsk tlg krm hard copynya aja fotokopi lah selagi kau dtg bsk?" sepotong kalimat penuh kata singkatan yang saya terima di HP. Singkat dan lugas, tapi membuat saya bergegas ke tempat praktiknya di bilangan perumahan satelit Bumi Serpong Damai. Uniknya ia meminta saya secara spesifik datang di pukul 11. "Jangan terlambat!". Kenapa jam 11? "Dia pengen elo, liat cara dia menangani pasien-pasien barunya, makanya jangan telat" tukas Irene -redpel dari Prevention tadi- saat saya menanyakan kenapa jam itu yang dipilih? Kantor atau praktek beliau sangat mudah ditemukan. Satpam di kawasan pusat bisnis distrik langsung menunjukkan lokasinya "Itu mas, yang paling rame..". Dan memang benar, parkiran di depan kantor beliau sangat penuh oleh beragam jenis mobil, dan menunjukkan penuhnya pengunjung di ruang penerimaan tamu yang sebenarnya cukup lapang namun menjadi terkesan sempit dan penuh sesak. "Wey! Kedatengan orang penting nih gue!" teriak Dr. Tan lantang saat ia membuka pintu kamar prakteknya dan melihat saya berdiri di depan -ragu-ragu mau mengetuk untuk meminta ijin masuk. Teriak? Yup! Suaranya memang mirip dengan orang berteriak, walau ia sebenarnya bicara dengan nada biasa-biasa saja -menurutnya. Suaranya cukup lantang untuk membuat kita mau tidak mau berkonsentrasi menerima kehadiran beliau di depan. Ia menarik saya masuk, agak gak enak juga rasanya, karena di depan pintu itu telah duduk berdesak-desakan para pasien yang menunggu giliran. "Apa kabar? Wah, kamu tau gak saya ini penggemar berat tulisan-tulisan kamu, dan selalu menunggu kesempatan kapan bisa bertemu dengan anak ini?" Komentar yang membuat muka ini merah kalau saja kulit saya berwarna terang. "Dokter bisa aja, at least you already made something, I haven't " jawab saya semerendah mungkin. Bukan basa-basi, terutama yang mengenal saya, dan sering mengatakan bahwa saya adalah orang yang perlu lebih belajar basa-basi dan memfilter mulut dari mengucapkan kalimat pedas serta langsung ke tujuan. Tapi di depan sosok Dr. Tan, kharisma saya kalah bersinar dan lebih memilih untuk merendah sekalian. Kami berbasa-basi singkat, saling mengenal dan bertukar informasi. Kami mulai membahas isi buku saya secara sistematis, beliau nampak sangat tertarik dan begitu apresiatif. "Kenapa lo gak kasih judul yang bombastis sih? Yoga for Healing misalnya?". Saya tertawa sambil menggeleng, "Saya gak mau membuat orang berharap terlalu banyak, akhir-akhir ini status saya mulai membuat orang-orang berdatangan dan mengharapkan kesembuhan secara instan dan ajaib, which is not what yoga can provide". "Persis! Gue juga gitu! Heran? Sakit mayoritas gara-gara kesalahan hidup mereka, eh dateng-dateng ke kita, kemudian bertindak sepertinya kita bisa memberikan 'pil ajaib' atau tongkat mukzizat yang bisa membuat mereka sontak sehat!" Tukasnya mengamini. Tapi ia sekali lagi mengkritik usaha saya untuk low profile. "Udah deh, payah lo ah. Bikin judul yang bombastis dikit, napa? Kalau mau jadi terapis terkenal ya mau gak mau harus begitu sedikit" Saya terbahak mendengar respons ini. "Dok, saya gak pernah dan gak akan mau berusaha menjadi seorang terapis. Saya lebih suka menulis, mengajar yoga pun lebih karena dipaksa oleh lingkungan" Dia tertawa juga mendengar reaksi ini. "Gak bisa gitu, liat aja nanti, kalau menilik tulisan-tulisan dan testemoni yang masuk tentang kamu, mungkin suatu saat elu akan terpaksa mengurus ijin praktek karena tuntutan masyarakat" Wow! Itu sebuah fenomena yang cukup menakutkan bagi saya, dan rasanya terlalu mengerikan untuk dibayangkan. PRAKTEK YANG UNIK Dr. Tan meminta saya untuk keluar sebentar, karena pasien-pasien lamanya akan masuk, dan kembali lagi setelah sesi pasien baru. Ruang kecil beliau segera disesaki oleh pasien-pasien lama yang bergegas masuk begitu saya keluar. Tanpa harus menunggu lama, gaya ramah namun berapi-api Dr. Tan yang tadi keluar saat bersama saya segera berganti menjadi gaya meledak-ledak tapi galak. Wuih! Gak kebayang rasanya diomelin atau nyaris dimaki-maki seperti itu. Tapi gak ada yang bisa protes, karena mayoritas apa yang diucapkan dr. Tan begitu mengena dan nyata. Intinya sih, kalau gak ikhlas dan jujur mengakui kesalahan, saya menjamin tidak mungkin akan ada pasien yang betah berada di hadapan beliau. Entah kharisma apa yang dimilikinya? Tapi pasien itu rata-rata gak ada yang ngeyel atau mengelak saat ditembak oleh Dr. Tan dengan pertanyaan yang sebenarnya lebih mirip tuduhan! Habis mau ngeles gimana? Namanya kepengen sembuh, mending jujur kali ya? Tampaknya itu yang terbersit di pikiran mereka. Macam-macam 'tuduhan' beliau, mulai dari tidak patuh terhadap menu makan yang disepakati, kemalasan mereka menggerakkan tubuh seperti perintah, atau nekat mengkonsumsi bahan makanan yang dipantangkan bagi mereka. Luar biasa dokter satu ini! Yang lebih kacau lagi, saat ia 'mengomeli' seorang pasiennya yang nampaknya terserang stroke dan telah berangsur sembuh namun masih enggan melepaskan diri dari tongkatnya. "Kalau tidak mau lepas dari tongkat ini, secara fisik dan mental kamu merusak tubuh kamu sendiri, coba lepas tongkat itu, lepas!" Saat dilihatnya sang pasien nampak ragu berdiri tanpa ditopang tongkat tersebut. Kemudian Dr. Tan berbicara macam-macam ke pasiennya untuk menggambarkan kondisi buruk yang mungkin terjadi apabila ia bergantung pada tongkat tersebut, mulai dari penurunan fungsi otot, organ yang terganggu sampai ke masalah psikis di mana ia suatu saat akan menyalahkan lingkungan, mulai dari orang sekitarnya hingga ke anak-anak yang dianggap tidak memperhatikan dirinya. Entah semburan kalimat itu begitu bombastis atau mengandung mantra, hehe, mendadak sang pasien mampu berdiri tanpa masalah walau tongkat itu telah dilepas. "Lihat kan! Apa rasanya berdiri tanpa tongkat? Tidak jatuh kan?" tukas dr. Tan puas. Hebat! INTEROGASI Setelah itu saya kembali masuk ke ruang praktek beliau, kali ini bergabung dengan belasan pasien baru. Walau bersesak-sesakan di ruang yang kecil, namun tidak ada satupun pasien mengeluh atau protes, hebat kharisma dokter bertubuh langsing ini. Di sini Dr. Tan, langsung berbicara "Silahkan mengenalkan diri masing-masing dan keluhannya, tapi ingat! Ini bukan ajang curahan hati, cukup kenalkan, sisanya biarkan saya yang berbicara!". Wuih, teknik yang unik lagi diperlihatkan oleh beliau. Perlahan-lahan satu persatu pasien berbicara. Memperkenalkan diri dan kondisi masing-masing. Dr. Tan mendengarkan dengan seksama, lalu ia memberondong pasien tersebut dengan pertanyaan yang sifatnya personal terkait kondisi kesehatan mereka. Memberondong? I don't exaggerate over this, ia benar-benar memberondong kata-kata layaknya senapan mesin atau UZI senapan serbu taktis buatan Israel yang mampu memuntahkan minimal 600 peluru per menit ke pasiennya, yang tentu saja menjadi gelagapan dan memberikan jawaban jujur tentang latar belakang mereka. Sebuah metode interogasi a la militer rupanya. Dr. Tan "Kenapa Anda kesini?" Pasien "Saya merasa obesitas, dok.." Dr. Tan "Kenapa obesitas?" Pasien "Karena keturunan di keluarga saya.." Dr. Tan "Nonsens! Kenapa?!" *mulai meninggi nadanya* Pasien "Ngg.. Anu, mm.. makan saya banyak" *mulai terintimidasi* Dr. Tan "Kalau makan bener, banyak juga gak pa-pa! Kenapa?!" Pasien "Saya suka makan yang manis-manis, dok" Dr. Tan "Nah, itu dia.. Persis!" *manggut-manggut puas* "Jangan pernah ada yang bilang, kalau kalian itu sakit karena keturunan, itu mayoritas bohong! Sedikit sekali penyakit yang menurun karena genetika, sedikit!" setelah itu Dr. Tan, dengan gaya yang sangat ekspresif memukul meja di depan dan kemudian mencolokkan jari-jari tangannya ke mulut. "Ini yang membuat penyakit seakan-akan muncul di keluarga sebagai penyakit turunan..." katanya setengah membeliakkan matanya "Keluarga, meja makan dan apa yang kalian makan di sana!". Atau ini.. Dr. Tan "Kenapa pak?" Pasien "Saya darah tinggi, dok.." Dr. Tan "Berapa?" Pasien "Sekarang sih lagi minum obat jadi 120-80" Dr. Tan "Saya tanya nilai kamu, bukan nilai bikinan guru les!" Pasien "He?" *bingung* Dr. Tan "Itu kan bikinan dokter kamu? Bukan darah tinggimu.." Pasien "Hehe, iya dok.." Dr. Tan "Jadi kalau guru lesmu matek, nilai kamu merah lagi?" Pasien *Tambah bingung* Dr. Tan "Udah berapa taun minum obat itu" Pasien "Lima tahun, dok" Dr. Tan "LIMA TAHUN?! Dan gak ada kemajuan, begitu-begitu saja?" Pasien "Iya dok, tapi memang gak pernah melonjak lagi.." Dr. Tan "Guob*** sisan!!!" *membentak sembari memukul meja* Kemudian sambil marah-marah pada dirinya sendiri ia mengungkapkan keheranannya pada pasien yang mau saja berobat bertahun-tahun pada seorang dokter tapi tidak menunjukkan gejala perbaikan, hanya berada pada posisi stagnan. Dan pasien itu sudah cukup puas. "Itu sebabnya pasien yang kena darah tinggi, 'matek'-nya rata-rata bukan karena darah tingginya, tapi karena liver atau ginjalnya ngambek! Lha wong bertahun-tahun harus menelan racun. Yang konyol ya, pasiennya.. Kok mau? Dan dokternya juga.. Kok tega?" Ia menuding lagi ke bapak pasien darah tinggi tadi. "5 tahun ke dokter itu, pernah ndak, bapak dikasih tau, kenapa sakit darah tinggi bisa terjadi? Dan apa langkah pencegahannya agar tidak sampai sakit, selain minum obat?" Ketika sang bapak menggeleng, Dr. Tan menghembuskan nafas kesal dan membanting tubuhnya ke senderan kursi. "Persis! Guo**** tenan!" BUKAN SPESIALIS Tapi bukan berarti dokter satu ini lebih banyak mengomel dan memaki. Ia sangat taktis dalam memberikan penjelasan beragam penyakit yang diderita pasiennya. Begitu taktisnya sampai orang paling awam pun rasanya bisa mengerti dengan cukup mudah apa yang dimaksud oleh beliau. Bandingkan dengan mayoritas oknum dokter yang cuma mendengar keluhan pasien, tanpa melihat mata pasien, kemudian menuliskan resep, tanpa melihat mata, lalu mempersilahkan pasien keluar ruangan, masih dengan tanpa melihat mata. Dr. Tan lain, ia bahkan memberikan bahasa tubuh yang sangat teatrikal untuk menggambarkan kondisi tubuh yang mengalami masalah, ia juga tidak ragu-ragu berteriak kecewa, gembira atas reaksi juga jawaban pasien yang sesuai atau tidak dengan harapannya. Sebenarnya mengasyikan sekali melihat dokter satu ini saat berpraktek. Asyik, karena saya bukan pasien dan bisa melihat suasana ini dengan penuh objektivitas. Cerita lain kalau saya adalah pasien dan melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan petunjuk sang dokter ini. "Bawa saja, bagian tubuh Anda yang sakit itu ke bengkel Astra, minta dibetulin di sana, kalau sudah balikin dan pasang lagi" Tiba-tiba salah satu kalimat pedas Dr. Tan memutus lamunan saya. Ada apa nih? "Salah satu puncak kegob***an dunia kedokteran adalah maraknya spesialisasi ini dan itu di sana-sini. Lalu pasien yang dateng ke mereka diperlakukan layaknya onderdil mobil, dikerjakan satu persatu apabila rusak, bukannya dilihat sebagai satu kesatuan sistem, kapan mau sembuh beneran?" Omelnya dengan nada sangat keras. Kemudian ia menjelaskan secara sistematis, mengapa tubuh manusia tidak sepatutnya dilihat dari organ per organ. Penyumbatan koroner jantung misalnya, tidak bisa tidak, penyebabnya hampir 100 persen berasal dari makanan, tapi setiap kali pasien penderita jantung koroner pergi menjalani operasi bedah jantung, entah di pasang ring atau treatment lainnya, jarang sekali dokter jantung yang memberikan tuntunan panduan makan secara cermat kepada pasien. Paling-paling pekerjaan ini dilempar ke dokter ahli gizi, yang kita semua tahu mayoritas cuma bisa memberikan resep langsing bukannya resep untuk hidup sehat. Kalau yang satu ini saya punya pengalaman pribadi, waktu diajak bekerja sama oleh salah satu dokter gizi kondang di Jakarta. Waktu saya sodorkan pola makan anti stres dengan manipulasi bahan makanan terkait dengan produksi zat neurotransmitter. Dokter itu terbengong-bengong, "Wah, saya mah taunya cuma bikin orang langsing doang. Gak tau nih begini-beginian?" Yak ampun? Saya ini bukan ahli gizi, mosok lebih tau konsep food therapy ketimbang dia? Jadi kembali ke kasus Dr. Tan tadi. Bagaimana seorang pasien bisa sembuh secara paripurna, kalau dokternya aja saling lempar-lemparan kasus? Ia sekali lagi memaki konsep spesialisisasi secara sembarang di dunia kedokteran. "Makanya kalau ada orang tanya saya ini spesialisasi apa? Saya jawab, saya bukan mekanik bengkel, saya dokter!" Ini adalah salah satu kalimat pedas dari beliau yang diucapkan saat dulu pertama bertemu saya. MAKAN SEHAT & BERGERAK Akhirnya Dr. Tan memberikan resep sehat bagi setiap pasiennya. Bukan, beliau bukan mencatat kalimat-kalimat berbahasa latin untuk diteruskan ke apoteker dan diubah menjadi tablet, pil, salep atau obat cair, tidak! Resep yang ditulis oleh Dr. Tan, jangankan seorang apoteker, seorang tukang sayur yang biasa mampir ke rumah Anda pagi-pagi pun bisa mengerti. Apa yang harus dimakan! "Jangan ada yang protes, makanan yang saya rujuk ini bisa membuat Anda menikmati hidup atau tidak! Kalau mau sembuh, ya? Anda-Anda ini terlihat sekali adalah orang yang sudah hampir seumur hidup menikmati hidup dengan memanjakan lidah ke makanan yang enak, tapi salah!" Dr. Tan sudah menekankan konsep ini di awal pemberian resep hidup sehatnya. "Sekarang Anda harus membayar harga nikmat tapi mematikan tersebut dengan berdisiplin mengikuti apa yang saya berikan" Tukasnya dengan tatapan tajam. Apa yang diminta oleh Dr. Tan sangatlah sederhana untuk dimengerti dan dilakukan, tapi bagi para so called 'penikmat hidup', pastilah sangat berat untuk dituruti. Saran beliau 1. "tidak ada gula!" Orang sering dengan bodohnya mengira bahwa penumpukan lemak itu lahir akibat konsumsi lemak yang berlebihan. Padahal Dr. Tan mengatakan, "Manusia itu punyathreshold untuk lemak, yaitu rasa mual dan muak. Jarang ada manusia yang mengkonsumsi lemak lebih banyak dari kemampuan tubuhnya menerima". Penumpukan lemak dalam tubuh kita, mayoritas lebih kepada konsumsi gula yang berlebihan dalam segala bentuk. Kandungan gula yang terlalu tinggi membuat tubuh mengeluarkan insulin berlebihan untuk menormalkan lonjakan gula darah dan mengakibatkan kelenjar pankreas lelah. Kerusakan pankreas membuat penyakit degeneratif yang sangat populer, Diabetes. 2. "buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat" "Berhenti makan beras, tepung atau sumber karbohidrat umum lainnya! Kalau Tuhan mau kita makan beras, kita sudah dikasih tembolok dari lahir!" Masih terkait dengan apa yang diutarakan sebagai konsumsi gula berlebihan, Dr. Tan menekankan pada karbohidrat akan berubah menjadi gula, dimana cadangan gula yang berlebihan akan segera ditransformasikan oleh tubuh dalam bentuk glikogen disimpan dalam hati - otot serta trigliserida lemak. Angka trigliserida tinggi adalah sumber obesitas yang sekarang semakin marak menyerang kehidupan manusia. "Jangan panik, dengan bilang, kalau gak makan nasi badan saya lemas" Tukasnya sebelum ada pasien yang protes. "Tubuh Anda membangun kebiasaan, bukan memenuhi kebutuhan. Pernah liat orang yang habis makan, makanan Padang? Setelah dua jam, bukannya semakin kuat, mereka malah menjadi mengantuk! So, Anda bilang Anda lemas, kalau tidak makan nasi?" Hihi! Dr. Tan memberikan daftar penggantinya segera. Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat. Ia menyajikan urutan buah-buah yang memiliki kandungan fructose -gula alami buah- aman. Ia juga menekankan cara menyajikan sayuran yang baik. "Jangan bilang Anda sudah makan sayur kalau yang dimakan sayur bening atau sayur cap cay, itu bukan sayur, itu sampah dalam bentuk sayur!" Ucapnya dalam nada tinggi. "Sayur dimasak sudah pasti enzyme-nya mati, gak ada gunanya buat tubuh, paling cuma serat-seratnya aja. Makan sayuran mentah yang dicuci bersih, kalau takut sama petsisida, ya beli yang organic atau tanam sendiri di depan rumah!" 3. tidak ada susu binatang "Sapi itu begitu anaknya sudah bisa berjalan, ia akan segera berenti menyusui dan membiarkan anaknya mencari makan sendiri, manusia itu satu-satunya species yang cukup gob*** untuk mati-matian mencari susu spesies lain dan merasa membutuhkannya". Ia kemudian menyambung lagi, "Anak kecil di atas usia 2 tahun dipaksa minum susu, orang tuanya tidak sadar bahwa anak itu akan mengalami kesulitan pencernaan, karena cadangan enzyme-nya akan terkuras untuk mencerna bahan makanan yang semestinya tidak ia konsumsi lagi". Pendapat yang sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Hiromi Shinya tentang Enzyme pangkal atau miskonsepsi dimana intoleransi laktosa kadang dianggap tidak ada saat sang anak tidak mencret waktu minum susu. Padahal sang anak menunjukan gejala alergi lain, infeksi kulit, eksim, gatal-gatal, sembelit, obesitas, mudah terserang penyakit hingga asma. Saya sih sudah tahu persis fakta bahaya susu sapi. Dari sisi lactose intolerant, casein, non absorb calcium juga gak ada guna-gunanya sedikitpun bagi tubuh. Tapi orang lain? Fakta satu ini membuat mereka terkaget-kaget. Maklum jor-joran uang yang digelontorkan pabrikan susu memang membuat kampanye kebutuhan manusia terhadap cairan produksi binatang ini terasa begitu membahana dan menguasai kehidupan kita. "Kurang apa kalau kita gak minum susu? Kalsium? Bohong pabrikan itu, kalau gak minum susu kita kekurangan kalsium. Kalsium di susu sapi gak bisa diserap tubuh manusia, titik!" Ia kemudian menunjukan fakta kelicikan produsen susu untuk berkelit dari upaya penipuan saat orang yang minum susu tetap terserang osteoporosis. "Pasti ada tulisan kecil, sangat kecil, di salah satu sudut kotak atau kaleng susu, yang menuliskan kalimat semacam 'Harus disertai dengan aktivitas fisik yang rutin', jadi mereka bisa mengelak dari pasal penipuan ke masyarakat". Ia juga menertawakan satu produsen susu sapi yang begitu gencar memasarkan produk susu kalsium tapi diembel-embeli dengan kalimat 'berjalan langkah perhari'. "Anda mau nyuruh kakek-nenek yang renta berjalan 10 kilometer sehari? Gak keropos bener, tapi yang ada mereka matek, kecape'an" ujarnya dengan logat Jawa sangat kental. 4. banyak bergerak Kalau yang satu ini saya agak ge-er, karena Dr. Tan memberikan konsep sambil mengacu kepada beberapa tulisan saya yang telah ia baca. "Sistem limfatik tubuh cuma bisa berfungsi kalau kita bergerak dengan baik, terimakasih kepada Iyengar dan juga pada Erik yang telah menyampaikan pemikiran beliau kepada kita lewat tulisan-tulisannya" Ia mengucapkan ini sambil menatap tajam ke arah saya. Haha, segalak-galaknya beliau tapi ia punya jiwa fair play yang luar biasa. Sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan apa yang saya lakukan, benar-benar mengacu kepada kemaslahatan bersama, take a bow, doc! Menurut Dr. Tan, usaha mati-matian di satu sisi tapi melewatkan sisi yang lain, adalah upaya yang kadang tidak membuahkan hasil maksimal. Menjaga makanan tanpa pernah aktif menggerakan tubuh secara benar akan membuat fitalitas kita terganggu. Demikian pula hal sebaliknya. KESEMBUHAN HAKIKI Kekerasan Dr. Tan kepada pasiennya, mengingatkan saya pada salah satu kalimat dari BKS Iyengar, tokoh utama yoga dunia, saat ia dikritik karena terkenal sebagai orang yang sangat keras dalam menerapkan metodenya. "Saya berhadapan dengan orang yang ingin belajar dari saya dan memperbaiki kerusakan yang telah mereka lakukan. Tapi saat mereka muncul di depan saya dan melakukan hal yang telah merusak mereka, apa yang harus saya lakukan?" Tanya Iyengar. "Saya harus bersikap keras dan menghancurkan kebiasaan lama mereka, agar mereka bisa menumbuhkan kebiasaan baru yang positif dan membenarkan apa yang telah mereka rusak selama ini. Mungkin memang ada cara lain yang lebih baik, tapi bagi saya ini cara terbaik yang bisa saya lakukan" Jawaban tegas dari seorang tokoh yang buah karyanya dijadikan rujukan utama di dunia kesehatan modern. Sama dengan yang dilakukan oleh Dr. Tan ini. Berhadapan dengan segerombolan pasien yang telah menyia-nyiakan kesehatan mereka dengan berbagai cara, ia harus berlaku keras dan kejam, untuk membuat pasiennya sadar dan mengubah gaya hidup mereka sesuai dengan kebutuhan. "Kita boleh dibilang galak dan saklek, Rik. Tapi kalau mau merubah kebiasaan buruk orang, kita gak boleh kompromi. Terserah mereka mau melakukan atau tidak, it's a matter of choice kok" Benar! If you don't like what we do, don't come to us, but if you think what we do can help you, so come!. Sederhana kan? Kepingin rasanya menyaksikan praktek Dr. Tan ini sampai habis. Sayang waktu saya terbatas dan harus segera meninggalkan tempat ini. Tapi sebelum saya pergi, Dr. Tan sempat mengungkapkan serentetan kalimat yang sangat berharga untuk didengar dan disebarkan. "Kesehatan itu harus bersifat hakiki. Kalau kita sakit, harus dicari penyebabnya, bukan cuma gejalanya yang diatasi, itu bukan penyembuhan, tapi mengulur-ngulur permasalahan" Ia mengarahkan padangannya kepada bapak yang terkena darah tinggi tadi. "Kalau cuma mematikan alarm mobil, itu bukan menyelesaikan masalah. Kalau lampu indikator bensin menyala, ya kita harus mengisi bensin, bukan menggebuk lampu indikator itu supaya mati!" Menarik sekali! Sayang seribu sayang, tujuan selanjut saya sangat jauh dari tempat praktek ini, Bumi Serpong Damai ke salah satu daerah di bilangan Jakarta Pusat. Dengan berat hati saya memotong sesi ini dan meminta ijin untuk pergi. Dr. Tan berdiri menyalami saya sambil berkata, "Suatu kehormatan kamu meminta saya menulis kata pengantar untuk bukumu, mengharukan sekali" Kehormatan untuk seorang Dr. Tan? Who do you think I am, doc? It's vice versa! Lihat Healthy Selengkapnya
Tulisan ini sudah pernah dipost sebelumnya di blog saya pribadi pada tanggal 18 Juli 2010. Saya repost di sini karena topiknya berkaitan dengan resmi saya dengan dr. Tan Shot Yen terjadi baru-baru ini, sekitar 3 minggu lalu tepatnya. Nama itu bukan nama yang baru saya denger sebelumnya karena si-dokter-yang-sering-disebut-namanya itu sudah sering disuarakan Arief sejak 2 tahun lalu. Makin sering disebut, rasa penasaran saya pun semakin meningkat ditambah dengan derasnya informasi kesehatan yang sering saya dan Arief Tan Shot Yen adalah seorang pemerhati nutrisi dan menjadi salah satu “dokter” yang ngetop di keluarga Arief karena pengajaran pola makan yang kontraversial’. Beliau dan juga ayahnya yang ngetop juga, dr. Tan Tjiauw Liat menganut pola makan sayuran mentah raw food. Dr. Yen rutin mengisi kolom nutrisi di tabloid NYATA dan menulis di majalah bulanan pola makan raw food ini kebetulan ada yang pernah posting di sini. Trus klo pengen baca artikel KOMPAS mengenai si ibu dokter bisa diliat di pola makan tersebut sukses membuat berat badan Arief sekeluarga turun. Tapi yang perlu dicatat adalah bahwa tujuan mengikuti pola makan dr. Yen bukan semata-mata untuk nurunin bobot tubuh, melainkan untuk kesehatan jangka panjang. Banyak sekali pasien yang datang dalam kondisi stroke, pernah kena serangan jantung, atau diabetes, setelah mengikuti pola makan yang dianjurkan si ibu dokter, beberapa bulan kemudian sudah menunjukkan perbaikan yang signifikan. Salah satu tetangga deket rumah, yang tadinya kolesterol parah dan pernah kena serangan jantung, divonis umurnya tidak panjang lagi, sekarang sehat bugar akibat disiplin mengikuti pola makan dr. ini cerita saya waktu pertama kali ketemu tatap muka *kuliah kalee… dengan dr. itu sebenenarnya Arief mau berkonsultasi sama dr. Yen soal mama mertua. Mengenai mama ini ceritanya bisa satu blog sendiri lagi. Begini, sejak pulang dari China awal Mei, mama sakit urat kejepit. Uda berobat ke mana-mana. Disuntik dokter uda. Ga cuma 1 dokter yang nyuntik, uda 3 dokter loh. Ke Chiropracter uda. Dipijat juga udah. Ke Sinshe juga uda. Akupuntur udah. Hydrotherapy juga uda. Apalagi yang belum coba selain operasi? Soalnya si mama ga sabar, pengennya cepet sembuh aja, makanya rajin mencoba-coba. Entah karena painkiller yang ga cocok atau ada efek lainnya, suatu hari si mama muntah-muntah. Frekuensi muntah yang tinggi sehingga akhirnya kami putuskan untuk dibawa ke RS. 24 jam setelah dirawat, mama kejang dan Selasa subuh tidak sadarkan diri sehingga masuk cerita, dari hasil lab diketahui bahwa penyebab ketidaksadaran mama malam itu adalah rendahnya kadar natrium dalam darah. Ini pengetahuan baru bagi kami semua. Selama ini, saya mah taunya klo kadar gula dalam darah drop, maka rasanya puyeng deh. Kliyengan yang bisa bikin limbung. Baru enakan klo uda minum yang agak manis. Ternyata kurang natrium juga berdampak bahaya bagi tubuh, apalagi otak. Pantesan, beberapa jam sebelum tidak sadar itu, si mama menunjukkan gejala yang aneh. Malam itu, mama bisa nanya 1pertanyaan yang sama berulang-ulang seperti orang pikun. Saya ngerasa aneh banget, secara si mama ga pernah begitu sebelumnya. Tapi saya mana kepikir klo itu ada hubungannya dengan dropnya level natrium dalam darah?Kembali ke cerita dr. itu Arief datang untuk berkonsultasi dengan dr. Yen. Begitu selesai mendengar kisahnya dari Arief dan membaca hasil lab, si ibu dokter tidak sungkan menunjukkan rasa heran dan kecewanya dengan nada suaranya yang khas tegas dan super galaaakk!! hahahaha, kenapa si mama yang setahun sebelumnya datang dalam kondisi sehat bugar, tau-tau bisa masuk ICU. Katanya, pasti pola makannya yang salah dan tidak konsultasi, malah saya yang dijadwalkan untuk bertemu dengan dr. Yen. Loh kok malah saya jadi berobat? Ga cuma karakter si ibu dokter yang laen daripada yang laen. “Cara” mengobati pasien juga tergolong antik. Pasien lama, artinya pernah datang berobat, boleh datang berobat pada pukul – setiap hari Senin hingga Jumat. Lalu pasien baru mulai ditemui mulai pk. jangan cepat membayangkan one-on-one session di pk. 11 ini. Yang terjadi adalah semua pasien baru beserta keluarga atau siapa aja yang nganterin dikumpulkan dalam ruangan prakteknya, lalu mulai deh dr. Yen “berceramah” mengenai pola makan sehat yang durasinya bisa… 3 jam!! *my personal advice kudu makan dulu klo mau ketemu dr. Yen supaya ga kelaperan di tengah-tengah ceramah*Lalu, segera hapus bayangan seorang dokter berkata-kata memberikan nasehat medis dengan nada ramah dan suara yang lemah lembut. Baru sekali ini saya ke dokter, di mana pasiennya adalah misalnya bapak yang stroke, berjalan pincang, begitu duduk langsung diomelin sama dr. Yen!“Pak, ngapain jalannya gitu, kaki diseret-seret. Mau keliatan kayak orang cacat?” — diucapkan dengan nada suara kenceng menggelegar, dan semua pasien di ruang tunggu juga denger “Jadi ibu bilang sayang anak? Tapi kalo Ibu buka kulkas, minum coca cola, ibu ga inget klo Ibu uda nyusahin anak Ibu, musti nganterin Ibu berobat kencing manis ke mari??” — kata dr. Yen kepada seorang ibu penderita diabetes kalimat sindiran super pedes kayak gitu, gmana ga deg-degan klo berobat ke sana??Naaah… berkaitan dengan posting saya sebelumnya, dr. Yen ini juga salah satu orang yang melarang konsumsi susu. Menurutnya, susu itu cuma asupan anak-anak maksimal 2 taon dengan catatan, susunya juga kudu ASI, bukan susu formula. Kebutuhan kalsium yang dibutuhkan manusia tidak seharusnya diambil dari susu olahan tetapi dari sayuran plus berjemur di bawah matahari pagi sebagai komplemen vitamin D sebelum jam 9 pagi setiap harinya sst, dugaan saya dan Arief, dr. Yen baru praktek sesudah jam 9 karena sebelumnya dia ambil waktu berjemur demi vitamin D itu .Waktu saya cerita sama temen saya yang berprofesi dokter mengenai larangan dr. Yen tentang susu, temen saya langsung ngomel-ngomel. Dia sama sekali ga setuju dengan pendapat itu dan tetap percaya pada khasiat susu. Menurutnya, selama semua dimakan dalam dosis seimbang, maka mustinya baik-baik aja dan tidak berbahaya. Intinya, balanced life. Ada benernya juga. Nah, giliran saya sebagai pasien yang puyengGa cuma susu yang dilarang, tapi dr. Yen juga tidak merekomendasikan minum jus buah !!. Alasannya, buah setelah dijus mengandung kadar gula yang tinggi, berbeda jika dimakan langsung dikunyah. Kadar seratnya lebih tinggi. Waah… Padahal saya doyaaaann banget sama jus buah. Itu kan enak banget… Gampang buatnya, segeeer… praktis dan berguna banget buat melancarkan bab. Sebelum menikah, setiap pagi saya minum jus buah kasar tanpa gula yang isinya tomat, wortel, apel merah, apel hijau, pir, kiwi dan stroberi. Itu uda jadi menu sarapan tetap saya selama 2 taon. Saking ga relanya kesukaan saya dibilang ga sehat, Arief dan saya pernah berdebat mati-matian mengenai jus buah ini. Memang saya belakangan jarang minum mix juice kayak dulu, tapi saya tetep cinta sama jus buah hehehe…Selain susu, dr. Yen juga musuhan sama nasi dan produk karbo lainnya. Menurutnya, kecuali aktivitas kita itu bertani, there’s no point eating rice. Dr. Yen bilang, nenek kita dulu makan nasi dan sehat, soalnya kerja keras, bertani dan berladang. Lah orang sekarang, makan nasi sebakul padahal aktivitasnya tidak seberat nenek jaman dulu yang bertani. Yah masuk akal juga sih. Klo menurut saya pribadi mah, kadar karbo yang masuk dalam tubuh perlu ditakar sesuai aktivitas saya. Selama saya lebih sering duduk di kantor, makan nasi kebanyakan emang bikin cepet ngantuk dan perut buncit hihihi…Timbul pertanyaan Ini itu ga boleh. Jadi apa dong yang boleh?Yang direkomendasikan, disarankan, dihimbau dr. Yen adalah… makan salad sayuran mentah dengan selada bokor sebagai bintang utama. Temen makan salad ini boleh paprika, tomat cherry, timun, strawberry, apel, alpukat, pir dan jeruk. Perhatian, ga boleh pake duren! Dressingnya cuma boleh olive oil. Dimakan setiap hari sesuai jadwal makan seperti biasa. Daaaan… tidak lupa banyak minum air putih! bukan soda*ssstt… di rumah, biar ga bosen, sesekali kami tambahkan potongan keju mozarella atau peperoni hihihi…Pada dasarnya, dr. Yen percaya bahwa manusia adalah makhluk organik, maka sebaiknya banyak makan makanan yang organik, alami dan tidak mengandung bahan salad selada segar, dr. Yen juga mengajarkan perlunya asupan reguler vitamin C dosis tinggi, vitamin E dan Omega 3. Menurutnya tubuh kita tidak bisa memproduksi vit C sendiri jadi harus dibantu dari luar. Klo lagi ga enak badan, dosis yang dianjurkan ga tanggung-tanggung, 6 tablet sekali minum!*saking gencarnya informasi pola makan ini disampaikan, sebelah ruko tempat dr. Yen praktek di bilangan BSD sekarang ada counter penjualan Omega 3 yang mengambil keuntungan atas anjuran’ ini. Padahal si toko sebelah itu ga ada hubungan bisnis sama sekali sama dr. Yen loh!*Omong-omong minyak ikan Omega 3, saya pernah posting mengenai squalene di sini. Sejak saat itu saya mengurangi konsumsi minyak ikan Omega 3. Tapii… belakangan ini saya kembali coba rutin meminum Omega 3 secara itu yang disuruh sama dr. Yen, jika seseorang patuh mengikuti saran pola makan ini, tidak hanya tubuh sehat yang diraih, tapi ada bonus-bonus lainnya kuku kuat, rambut sehat bercahaya dan bibir yang tidak kering. Hmmm… saya penasaran juga, andaikan saya mengikuti pola makan sehat ala dr. Yen, at least 80% saja, siapa tahu saya bisa lepas ketergantungan dengan dr. Yen juga uda ngeluarin buku berjudul Saya Pilih Sehat dan Sembuh setebal 128 halaman. Setelah selesai baca, menurut saya isi buku tersebut agak mirip dengan buku The Miracle of Enzyme-nya Prof. Dr. Hiromi Sinya. Yang terakhir ini pembahasannya lebih pola makan dr. Yen ini memang sehat dan terbukti manjur. Buktinya, banyak pasien yang sembuh dari penyakit lamanya setelah menjalani pola makan ala dr. Yen dengan menurut saya pribadi terkadang makan salad itu tidak selalu praktis. Selada bokor harus dicuci bersih dengan air mengalir, lalu disimpan dalam wadah tertutup di dalam kulkas. Ini tidak sulit, yang penting telaten. Jika dibawa ke kantor/ke tempat kerja, sebaiknya diletakkan di lemari pendingin. Yang agak sedikit repot adalah jika di tempat kerja tidak ada kulkas, maka perlu bawa cooler box sendiri atau tas yang berpelapis aluminium foil untuk menjaga salada tetep seger dan terasa kres kres ketika lagi pas di rumah aja si enak ya. Gmana klo lagi traveling ke luar negeri dong? Kok kayaknya repot juga yaa untuk bikin salad sendiri. Klo beli terus di restoran pasti biayanya tidak murah. Terpaksa deh… ritual makan saladnya dikorbankan selama liburan hehehe…Jika ada yang berminat, ini alamat praktek dr. Tan Shot YenKomplek Perkantoran CBD – BSD City Sektor Blok G No. 22Ruko Sebelah Teraskota – SerpongTelp. 021 531 64347 atau hp. 0856 271 2067Sekali konsultasi biayanya …… Harga sudah berubah, tolong di cek kembaliJatinegara, 19 Juli 2010 — kampanye makan salad!
Biodata Dr Tan Shot Yen Agama. Born 20 june 1994 is a taiwanese badminton player. Padahal makan sahur penting ketika akan menjalankan puasa. Penjelasan dr Tan Shot Yen soal Makanan dan Olahraga yang Cocok untuk from Pesan dr tan bagi keluarga yang akan mulai mpasi saturday, 26 jun 2021 1605 wib. Dokter sekaligus ahli gizi komunitas dr tan shot yen mengatakan, memproses makanan dengan cara menggoreng bisa menimbulkan senyawa bernama akrilamida. Biodata cherrybelle lengkap dengan agama dan perso. Anak Kepada Pasangan Datuk Francis Xavier Kitingan Sabanau Dan Lucia Laimah Imbayan. Irmadani intan pratiwi 4 jam lalu wanita yang sedang hamil tidak disarankan melakukan perawatan pengencangan vagina, begini alasannya Mendadak sontak tiket pesawat jurusan papua habis terjual, walaupun tidak semua komunitas masyarakat ikut menggalang dana apalagi siap berjihad seperti waktu palestina dan rohingya didera politik agama. Tan shot yen, pada sidang terbuka disertasi doktoralnya, selasa 4/3 lalu. Diputerakan Pada 22 November 1958 Duli Yang Maha Mulia Sultan Ibrahim Dididik Dan Diasuh Untuk Menjadi Seorang Raja Yang Cerdik, Berpengetahuan, Berwibawa Dan Berdaulat. Ahli gizi masyarakat, dr dr tan shot yen menjelaskan, puasa sebenarnya akan membuat seseorang lebih sehat karena makan lebih teratur yakni hanya ketika sahur dan. Menurutnya, waktu berjemur badan yang tepat di bawah sinar matahari adalah sekitar pukul. Rasanya mau terbang ke langit ketujuh. Pola Makan Super Sehat Ala Dr. Dokter tan shot yen dikenal sebagai seorang dokter yang kritis dan sering diundang sebagai pembicara dan narasumber di berbagai seminar. Jeffrey kitingan dilahirkan pada 22 oktober 1947 di kota marudu, crown colony of north borneo kini sabah, malaysia; Tan shot yen kurang tahu ini orang muslim apa kafir? Biodata Cherrybelle Lengkap Dengan Agama Dan Perso. Saat menikah dengan ahok, usia veronica tan 19 tahun. Model pemberdayaan baru ini dipresentasikan dr. Kodrat hidup, karena itu fitrah Disertasi Berjudul “Metode Pemberdayaan Terhadap Penyandang Dewasa Diabetes Tipe 2 Untuk Meningkatkan Asupan Sayur Dalam Mencapai Kontrol Glikemik†Ini Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji. Berikut pola makan super sehat ala dr. “kita berjemur badan bukan untuk mematikan virus yang ada di dalam badan atau mematikan semua yang nempel di tangan atau tubuh kita,†ujarnya. Tan, demikian beliau akrab dipanggil, adalah salah satu ikon dunia kesehatan kelas utama di indonesia, terutama saat pengobatan naturopati mulai mewabah akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan konvensional.